Kiat Memilih Strategi Jitu

Oleh Dani Wahyu Munggoro, INSPIRIT
Dunia bisnis sekarang ini ruwet sekali. Dulu, satu resep strategi bisa dipakai bertahun-tahun. Sekarang, resep kemarin sudah basi hari ini.
Banyak bos pusing tujuh keliling. Pakai strategi mana, ya? Salah pilih, perusahaan bisa langsung terkapar.
Sebuah buku lama menjawab keresahan itu. Judulnya “Your Strategy Needs a Strategy” oleh Martin Reeves, Knut Haanæs, dan Janmejaya Sinha. Idenya sederhana: jangan pakai satu strategi untuk semua keadaan.
Buku ini menawarkan sebuah “palet strategi”. Seperti pelukis, Anda harus memilih warna yang tepat. Kanvasnya adalah lingkungan bisnis Anda.
Ada lima warna dasar dalam palet itu. Masing-masing untuk kondisi yang berbeda. Kuncinya ada pada tiga hal.
Pertama, bisakah masa depan ditebak? Kedua, bisakah pasar dibentuk? Ketiga, seberapa parah kondisi keuangan Anda?
Warna pertama adalah Klasik. Ini strategi gaya lama yang masih relevan. Cocok untuk pasar yang stabil dan bisa ditebak.
Di sini, kuncinya adalah menjadi yang paling besar. Rencanakan dengan matang, lalu laksanakan tanpa kompromi. Seperti pabrik mobil atau perusahaan minyak.
Pemain besar akan selalu menang. Skala ekonomi jadi andalan utama. Efisiensi adalah napasnya setiap hari.
Warna kedua adalah Adaptif. Ini untuk dunia yang serba tak menentu. Di mana rencana jangka panjang jadi omong kosong.
Di sini, Anda harus jadi yang paling cepat. Lakukan banyak percobaan kecil. Mana yang berhasil, langsung perbesar.
Lupakan keunggulan abadi. Yang ada hanya keunggulan sementara. Seperti toko baju Zara yang ganti model tiap minggu.
Warna ketiga adalah Visioner. Ini bukan untuk semua orang. Hanya untuk mereka yang bisa menciptakan masa depan.
Jadilah yang pertama, itu kuncinya. Anda tidak mengikuti pasar, Anda menciptakannya. Seperti Steve Jobs dengan iPhone-nya.
Anda melihat apa yang orang lain tidak lihat. Lalu Anda bekerja keras mewujudkannya. Tak peduli orang bilang Anda gila.
Warna keempat adalah Pembentukan. Ini mirip visioner, tapi Anda tidak sendirian. Anda mengajak pemain lain untuk membangun industri baru.
Anda menjadi sang dirigen atau orkestrator. Anda yang mengatur irama permainan. Semua pihak untung, tapi Anda yang paling diuntungkan.
Contohnya adalah Google dengan Android. Mereka membuka platform untuk developer lain. Ekosistemnya jadi raksasa, tak terkalahkan.
Warna kelima adalah Pembaruan. Ini strategi untuk kondisi darurat. Saat perusahaan di ambang kebangkrutan.
Selamatkan dulu apa yang bisa diselamatkan. Potong semua biaya yang tidak perlu. Mantra utamanya: harus tetap hidup.
Setelah kondisi stabil, baru pikirkan pertumbuhan. Cari jalan baru untuk bangkit kembali. Ini adalah strategi dua babak yang menegangkan.
Lalu, bagaimana jika perusahaan Anda besar? Pepsi, misalnya, jualan keripik dan soda. Pasarnya beda-beda di tiap negara.
Jawabannya adalah ambidexterity. Artinya, punya dua tangan. Anda harus bisa memakai beberapa strategi sekaligus.
Di pasar yang stabil, pakai strategi Klasik. Di pasar baru yang kacau, pakai strategi Adaptif. Semuanya berjalan bersamaan.
Di sinilah peran pemimpin menjadi sangat vital. Bukan lagi sekadar membuat rencana. Tapi menjadi seorang “animator”.
Pemimpin harus menghidupkan kolase strategi yang rumit itu. Dia yang menentukan, di unit mana pakai warna apa. Dan dia juga yang memastikan semua berjalan harmonis.
Pada akhirnya, memilih strategi itu seperti memilih baju. Harus pas dengan keadaan dan cuaca. Itulah intisari dari buku hebat ini.