kelompok tani yang pernah bermitra dalam pemulihan Sub DAS Tulis (10) Kelompok Tani Sumber Rejeki Desa Beji

Desa Beji: Penyelamatan Sub DAS Tulis dengan Potensi Kayu Keras

Desa Beji, meskipun terletak di lokasi yang agak terpencil dan minim akses sinyal komunikasi, memiliki kondisi sosial ekonomi yang relatif lebih baik dibandingkan desa-desa dampingan SCBFWM lainnya. Ini tidak lepas dari ketergantungan ekonomi desa yang bersumber dari pertanian kentang. Bahkan, di beberapa dusun, seluruh warganya mengandalkan penanaman kentang sebagai mata pencaharian utama.

Bisnis kentang mulai masuk ke desa ini seiring dengan pembangunan infrastruktur jalan pada tahun 2004. Namun, kondisi tanah di Beji tidak memungkinkan untuk menanam kentang lebih dari sekali dalam setahun. Kondisi ini sedikit banyak “menguntungkan”, karena mengurangi risiko degradasi lahan akibat penanaman monokultur dan penggunaan pestisida yang tinggi. Untuk menghindari tanaman kayu mengganggu hasil panen kentang, Jumhan, Carik Desa Beji, menjelaskan bahwa mereka menanam kentang dengan metode berpindah-pindah lahan.

Dalam diskusi di rumahnya, Jumhan, bersama beberapa warga lain seperti Sugiono (seksi peternakan), Jamal (warga), dan Makhyat (ketua Kelompok Tani Sumber Rejeki), membagikan pengalaman mereka dalam usaha konservasi. Kelompok ini berdiri sejak tahun 1999 dan telah berfokus pada pertanian sayuran, khususnya kentang. Sejak 2003, mereka juga telah menerima bantuan untuk penanaman kayu keras.

Saat ini, populasi terbanyak adalah pinus dan eucalyptus, yang keduanya dipilih karena nilai ekonominya yang menjanjikan. Jumhan mencatat bahwa populasi pinus mencapai 32.000 batang, dengan 15.000 batang ditanam sebelum adanya UNDP lewat SCBFWM. Inisiatif penanaman pinus ini bermula dari seorang warga yang membeli 2.000 bibit pinus dari Perhutani dan mendapatkan tawaran harga yang menggiurkan setelah 4 tahun. Kesuksesan ini mendorong warga lain untuk menanam lebih banyak pinus.

Namun, mereka menghadapi kendala dalam pemasaran kayu keras, terutama eucalyptus. Jumhan menyatakan bahwa mereka sudah berkoordinasi dengan pemerintah, tetapi penjualan kayu keras masih menjadi tantangan. Di Desa Beji, saat ini terdapat sekitar 45.000 batang eucalyptus yang tersebar di berbagai lahan.

Jumhan mengakui bahwa saat memilih eucalyptus, mereka belum mempertimbangkan aspek pemasaran dan hanya fokus pada kecocokan bibit. Ada kekhawatiran di kalangan petani tentang proses perizinan untuk penjualan pinus, yang membuat banyak warga enggan untuk menanamnya. Saat ini, baru 15 kepala keluarga yang berinisiatif menanam pinus.

Jumhan menegaskan pentingnya penanaman kayu keras asalkan ada jaminan pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari. Dia percaya bahwa keuntungan dari menanam kayu keras bisa mengimbangi pendapatan dari pertanian kentang, karena bibit kayu keras tidak memerlukan modal, sementara penanaman kentang sebaliknya.

Selain itu, Kelompok Sumber Rejeki juga telah menghasilkan beberapa produk olahan makanan, seperti kripik dan krupuk wortel, serta kripik kentang. Kelompok ini mendapatkan bantuan teknis dan perlengkapan dari PNPM dan SCBFWM untuk mendukung usaha produk olahan yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani Sumber Rejeki.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *