Kajian Potensi Geowisata Kawasan Dataran Tinggi Dieng
Sumber : rencana Induk Geopark Dieng
Stratigrafi
Berdasarkan Dokumen Pembuatan Kajian Potensi Geowisata Kawasan Dataran Tinggi Dieng Tahun 2018, stratigrafi yang ada di daerah Dataran Tinggi Dieng dan sekitarnya yang di dalamnya mencakup lokasi deliniasi Geopark Dieng terdiri atas 11 satuan batuan dari muda ke tua yang dijelaskan sebagai berikut.
- Satuan Endapan Aluvium terdiri dari kerikil, pasir, lanau, dan lempung yang berasal dari endapan sungai dan rawa dengan tebal mencapai 150 m.
- Satuan Batuan Gunung Api Sundoro terdiri dari lava andesit hipersten-augit dan basal olivin- augit, breksi aliran, breksi piroklastik dan lahar.
- Satuan Batuan Gunung Api Dieng terdiri dari satuan lava andesit dan andesit kuarsa, serta batuan klastika gunung api. Kandungan silika batuan berkurang dari muda ke tua (Qdo- bagian bawah, Qdm-bagian tengah, Qdy-bagian atas satuan).
- Satuan Endapan Danau dan Aluvium terdiri dari pasir, lanau, lumpur dan lempung setempat mengandung batuan yang bersifat tufaan.
- Satuan Batuan Gunung Api Jembangan terdiri dari lava andesit dan batuan klastika gunung api terutama batuan andesit-hipersten augit setempat mengandung hornblend dan juga basal olivin. Berupa aliran lava, breksi aliran dan piroklastika, lahar dan aluvium (Qjo dan Qjm), lahar dan endapan aluvium terdiri dari bahan rombakan gunung api, aliran lava, dan breksi (Qjya dan Qjma) yang terendapkan pada lereng yang agak landai dan jauh dari pusat erupsi.
- Satuan Anggota Breksi Formasi Ligung terdiri dari breksi gunung api (aglomerat) bersusun andesit, lava andesit hornblend, dan tuf, menyerupakan bagian atas Formasi Ligung.
- Satuan Anggota Lempung Formasi Ligung terdiri dari batu lempung tufaan, batu pasir tufaan berlapis simpang siur dan konglomerat.
- Satuan Formasi Kalibiuk terdiri dari napal dan batulempung, bersisipan tipis tuf pasiran, napal dan batu lempung kelabu kebiruan, kaya akan fosil moluska, menunjukan umur Pliosen.
- Satuan Formasi Tapak terdiri dari batu pasir gampingan, dan napal berwarna hijau, mengandung moluska dengan umur Pliosen, memiliki tebal sekitar 500 m.
- Satuan Anggota Batugamping Formasi Tapak terdiri dari batu gamping terumbu, napal, dan batupasir.
- Satuan Anggota Breksi Formasi Tapak terdiri dari breksi gunung api dan batu pasir tufaan, breksi bersusunan andesit, mengandung urat-urat kalsit.
- Satuan Batuan Gunung Api Sundoro terdiri dari lava andesit hipersten-augit dan basal olivin- augit, breksi aliran, breksi piroklastik dan lahar.
Sementara itu, Kompleks Gunung Berapi Dieng terdiri dari beberapa periode vulkanik yang terbentuk dalam struktur kaldera dengan dimensi sekitar 14 x 6 km2.
Citra Satelit Kompleks Gunung Berapi Dieng dan Sekitarnya Sumber: Harijoko dkk. dalam Haty dkk. (2021)
Struktur kaldera yang paling jelas terlihat ialah pada bagian sisi Barat dari Gunung Prau. Stratigrafi Dataran Tinggi Dieng tersusun oleh napal Tersier, Batugamping, Batupasir Tufa, dan Vulkanik (Sukhyar dalam Haty dkk., 2021). Periode vulkanik Kompleks Gunung Berapi Dieng dapat dikelompokkan menjadi tiga periode di antaranya ialah Periode Pra-Kaldera (~3 Ma), Periode Pasca- Kaldera I (~2–1 Ma) dan Periode Pasca-Kaldera II atau tahap akhir (<1 Ma). Periode vulkanik Kompleks Gunung Berapi Dieng tersebut ditentukan berdasarkan hubungannya dengan struktur kaldera dan distribusi serta umur radiometriknya. Berikut ini merupakan data umur radiometrik Kompleks Gunung Berapi Dieng yang ditentukan dengan metode penanggalan K-Ar (Harijoko dkk. dalam Haty dkk., 2021).
- Tahap Pra Kaldera, yaitu terdiri dari Prau, Rogojembangan, dan Telerejo. Puncak evolusi magma merupakan letusan eksplosif dari struktur kaldera pembentuk Gunung Prau.
- Tahap Periode Kedua atau Tahap Pasca Kaldera I terdiri dari Nagasari (2,99 Ma), Bisma (2,53 Ma), Sidede, Bucu, dan Jimat.
- Periode Terakhir atau Pasca Kaldera II meliputi Pagerkandang (0,46 Ma), Pangonan Merdada (0,37 Ma), Butak, Kendil (0,19 Ma), Pakuwaja (0,09 Ma), Prambanan, Seroja (0,07 Ma), dan Sikunir.
Suksesi Bangunan Vulkanik di Dalam Kompleks Gunung Berapi Dieng Sumber: Harijoko dkk. dalam Haty dkk., (2021)
Pembagian stratigrafi batuan bawah permukaan pada Kompleks Gunung Berapi Dieng terbagi menjadi produk vulkanik Dieng Tua, Dieng Tengah atau Dieng Dewasa, dan Dieng Muda. Secara umum, stratigrafi bawah permukaan tersusun dari basaltik–lava andesitik dan batuan piroklastik. Batuan bawah permukaan juga dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu Lahar Balistik, Lahar Andesitik, dan Lahar Biotit Andestik (Shalihin dkk. dalam Haty dkk., 2021). Berikut ini merupakan penjelasan terkait evolusi Gunung Dieng (Priatna, 2019).
- Episode pertama, Dieng Tua, produknya berumur kuarter. Sisa tubuh gunung api tua itu membentuk batas di sisi Utara dan Selatan Dataran Tinggi Dieng, termasuk kerucut Gunung Prau, Tlerep, dan Rogojembangan. Kemudian terjadi amblesan pada sisi Barat kerucut Gunung Prau (2.565 mdpl) yang membentuk dataran tinggi yang diinterpretasikan sebagai kaldera. Kerucut Nagasari diperkirakan sebagai batas Barat dataran tinggi ini.
- Episode kedua disebut Dieng Tengah atau Dieng Dewasa. Episode ini ditandai dengan terbentuknya kerucut gunung api berbentuk di dalam cekungan. Kerucut Vulkanik Bisma di tepi Selatan merupakan gunung api tertua yang menghasilkan lava basal, jatuhan, dan aliran piroklastik. Adapun Gunung Api Seroja di sisi Timur memiliki dua puncak kawah, Di lereng Selatannya terbentuk danau kawah yang disebut Telaga Menjer.
- Episode ketiga disebut Dieng Muda, yang aktivitas magmatiknya dalam bentuk endapan lava berumur 8.540 tahun. Material jatuhan dari erupsi hidrotermal yang lebih muda dihasilkan oleh letusan Kawah Sileri pada tahun 1944 dan Sinila pada tahun 1979.
Lava Basaltik terdiri dari plagioklas (labradorit andesin, dengan labradorit yang dominan), piroksen, dan berada di tempat-tempat yang mengandung olivin, tertanam dalam kristal mikrokristalin dari
mineralogi serupa, dengan kristal opak dan massa dasar gelas. Satuan batuan ini dianggap sebagai bagian dari produk Dieng Tua. Lava andesitik dengan batuan piroklastik dianggap sebagai bagian dari produk Dieng Tengah. Lava Andesitik yang terdiri dari andesin dan piroksen, berada dalam massa plagioklas mikrokristalin, dengan vulkanik gelas minor. Batuan piroklastik ekuivalen memiliki komposisi yang hampir sama. Lava Biotit Andesit terdiri dari plagioklas (oligoklas–andesin), piroksen, dan biotit, tertanam dalam plagioklas mikrokristalin, kristal opak, dan massa dasar kaca. Satuan batuan ini dianggap sebagai bagian dari produk Dieng Muda dan ditemukan terutama di bagian atas sumur MG-2 dan 4 (Shalihin dkk. dalam Haty dkk., 2021).
Penampang Melintang dari MG-1, 2, 3, dan 4 Sumber: Shalihin dkk. dalam Haty dkk., (2021)
Aktivitas vulkanik pada Kompleks Gunung Berapi Dieng terbagi menjadi tiga episode, yaitu Episode Pra-Kaldera, Episode Kedua, dan Episode Termuda. Episode Pra-Kaldera diwakili oleh beberapa stratovolcano yang juga merupakan batas dari Kompleks Gunung Berapi Dieng, dapat dilihat searah jarum jam mulai dari Timur Laut yaitu Prau, Telerejo, Sidede, Bisma, Nagasari, dan Jimat. Seluruhnya merupakan endapan batuan piroklastik dan aliran lahar. Gunung Prau sendiri merupakan gunung api yang muncul pada jalur patahan berarah Barat Laut-Tenggara. Ke sebelah Tenggara dari Gunung Prau terdapat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Gunung Prau (2.565 mdpl) kemudian meletus hebat dan lereng Barat/Barat Daya nya runtuh. Hal tersebut kemungkinan diakibatkan oleh aktifnya kembali patahan yang ditempatinya bekerja sama dengan kesetimbangan gravitasi. Sejak saat itulah
terjadi Depresi Dieng atau Plato Dieng karena secara topografi merupakan dataran tinggi di pegunungan (plato) menuju arah Barat menerus ke Depresi Batur.
Selama Episode Kedua, empat stratokon muncul dan menutupi depresi dengan produk vulkaniknya. Pangonan dan Merdada merupakan dua stratokon yang berdampingan di Timur Nagasari memiliki kawah dengan diameter masing-masing sekitar 0,8 km dan 1 km. Sementara itu Pagerkandang merupakan sebuah stratokon dengan kawah di atasnya sebesar 0,5 km yang terletak di Utara Merdada. Lalu Seroja dengan ukuran kawah 0,7 km yang terletak di ujung Tenggara Kompleks Gunung Berapi Dieng. Letusan-letusan pada episode kedua terjadi di wilayah kaldera/runtuhan/Plato Dieng membentuk puncak-puncak volkanik yang meletuskan berbagai batuan seperti batuan basal, andesit basaltik, andesit piroksen. Abu volkanik telah diletuskan dari semua kerucut-kerucut volkanik ini dan telah menyelimuti depresi Dieng dan Batur di sebelah Barat Boedihardi dkk. (1991) pernah melakukan pengukuran umur beberapa gunung di Plato Dieng. Gunung Pagerkandang di sebelah Utara dekat Kawah Sileri berumur 460.000 tahun, Sikidang-Merdada yang berasosiasi dengan Pangonan berumur 370.000 tahun, dan Pakuwaja di sebelah Timur berumur 90.000 tahun. Umur- umur ini menunjukkan umur yang makin muda ke arah Timur-Tenggara, sesuai dengan migrasi magma di bawahnya. Danau-danau volkanik terjadi juga pada episode ini, misalnya Telaga Menjer di lereng Selatan Kerucut Vulkanik Bisma dan Telaga Warna di sebelah Timur Laut (awangsatyana.blogspot.com). Kegiatan Episode Kedua diyakini sebagai sumber utama Dieng Tephra yang menyelimuti Depresi Dieng dan Batur (Sukyar dkk. dalam Haty dkk., 2021).
Produk vulkanik dari eposide termuda menutupi area SE dari Kompleks Gunung Berapi Dieng. Pakuwaja memiliki kawah puncak sebesar 0,2 km dan 0,5 km yang terdiri dari aliran lava dan endapan jatuhnya piroklastik. Kubah Sikunir dan Prambanan terletak di antara Seroja dan Pakuwaja. Sementara itu Kubah Kendil yang berasosiasi dengan aliran lava yang meluas, terletak di Utara Pakuwaja (Harijoko dkk., dalam Haty dkk., 2021). Episode paling muda terjadi sejak 8.500 tahun yang lalu berupa letusan dari kerucut-kerucut vulkanik di bagian Selatan Dieng dan menghasilkan lava dan abu volkanik, lalu letusan dari kerucut vulkanik Pakuwaja yang terjadi sebelum 2.450 tahun yang lalu (awangsatyana.blogspot.com).
Dalam studi yang dilakukan oleh Harijoko dkk. (2016), adanya penggabungan data penanggalan radiometrik baru dengan data yang berasal dari studi yang dilakukan oleh Boedihardi dkk., (1991) untuk merekonstruksi geokronologi pada Kompleks Gunung Berapi Dieng (Harijoko dkk. Dalam Haty dkk., 2021). Aktivitas Kompleks Gunung Berapi Dieng terkini ditandai dengan peristiwa letusan freatik. Letusan-letusan pada waktu modern tercatat di kawah-kawah: Sileri (6-7 erupsi/letusan), Pakuwaja (3 letusan), Petarangan (3 letusan), Sikidang (2 letusan), Sinila dan Sigludug (1 letusan), dan Candradimuka (1 letusan). Umumnya letusan bersifat freatik yaitu letusan berupa semburan air panas dan gas, tetapi di beberapa tempat juga letusan menghasilkan lahar (awangsatyana.blogspot.com). Jenis letusan ini merupakan hasil dari proses penyegelan diri (self-sealing) pada fumarol/solfataras aktif (Harijoko dkk. dalam Haty dkk., 2021).
Peta Geologi Kompleks Gunung Berapi Dieng Sumber: Harijoko dkk., dalam Haty dkk., (2021)