Karakter Fisik Alam Geoprak Dieng
Sumber : Rencana Induk Geopark Dieng
Lokasi Geografis
Delineasi Geopark Dieng berada di sebuah wilayah di pusat Jawa Tengah yang diapit oleh jajaran perbukitan di sisi Utara dan Selatan. Geopark Dieng berasal dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan sebutan Pegunungan Dieng. Secara Astronomi, lokasi deliniasi Geopark Dieng terletak diantara 7’17’’ – 7’32’’7’10’’–7’18’’ Lintang Selatan dan 109’72’’ – 109’97’’109’46’’–109’59’’ Bujur Timur. Adapun secara geografis, delineasi Geopark Dieng terletak di antara kompleks Puncak Rogojembangan di sebelah Barat serta Kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing di sebelah Timur. Letaknya yang berada di kawasan strategis menjadikan Geopark Dieng menjadi potensi andalan Jawa Tengah untuk menarik wisatawan domestik dan mancanegara.
Aspek Topografi dan Kelerengan
Keadaan topografi Dataran Tinggi Dieng atau plato Dieng dan sekitarnya sangat kompleks. Sebagai kompleks gunung api, Dieng memiliki depresi, pegunungan, gunung tinggi, bukit, kawah, telaga, lapangan fumarol, rekahan, dan dataran. Sistem kelurusan di Dataran Tinggi Dieng yang berarah Barat Daya ke Tenggara mengontrol sistem vulkanik dan karakteristik hidrotermal serta rekahan tempat keluarnya gas. Berdasarkan studi para peneliti kebumian, dapat diketahui bahwa Dataran Tinggi Dieng menyisakan bukit dan kawah jika ditarik garis akan menemukan garis lurus berarah Barat Daya ke Tenggara mulai dari Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, dan berakhir di beberapa sisa aktivitas vulkanik di Dataran Tinggi Dieng (Priatna, 2019).
Lokasi deliniasi Geopark Dieng berada pada Kawasan Dataran Tinggi Dieng yang memiliki beberapa gunung dan bukit di dalamnya. Hal tersebut sangat mempengaruhi bentukan topografi dan kelerengan dari Kawasan Geopark Dieng. Topografi Kawasan Geopark Dieng berkisar diantara 500 (mdpl) hingga di atas 2.000 (mdpl). Namun, topografi di Kawasan Geopark Dieng didominasi oleh ketinggian 1.000–2.000 (mdpl) seluas 72% dari total luas wilayah Kawasan Dieng. Kecamatan Winayasa memiliki topografi terendah, sedangkan Puncak Gunung Sindoro memiliki topografi tertinggi di Kawasan Dieng. Adapun untuk kelerengan Kawasan Geopark Dieng didominasi oleh kelerengan curam seluas 9.487,34 Ha atau sebesar 30% dari total luas wilayah Kawasan Geopark Dieng. Data terkait topografi dan kelerangan Kawasan Geoprak Dieng dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.2 Topografi Kawasan Geopark Dieng
No. | Topografi (mdpl) | Luas (Ha) |
1. | 500–1000 | 1.953,10 |
2. | 1000–1500 | 14.468,10 |
No. | Topografi (mdpl) | Luas (Ha) |
3. | 1500–2000 | 11.376,58 |
4. | 2000–2500 | 4.176,74 |
5. | 2500–3000 | 154,60 |
6. | >3000 | 17,49 |
Sumber: Tim Penyusun (2023)
Tabel 1.3 Kelerengan Kawasan Geopark Dieng
No. | Klasifikasi | Kelerengan (%) | Luas (Ha) |
1. | Datar | 0-8 | 2.938,53 |
2. | Landai | 8-15 | 6.005,89 |
3. | Agak curam | 15-25 | 7.598,20 |
4. | Curam | 25-45 | 9.478,34 |
5. | Sangat curam | >45 | 6.140,96 |
Sumber: Tim Penyusun (2023)
Kondisi fisik lahan di Kawasan Dieng sebagian besar dibentuk dan dipengaruhi oleh aktivitas gunung api dengan kemiringan lahan mulai dari datar seluas 2.938,53 ha, landai 6.005,89 ha, agak curam 7.598,20 ha, curam 9.478,34 ha, hingga sangat curam 6.140,96 ha. Kondisi ini yang menyebabkan pola pemukiman di Kawasan Dieng menyebar karena tidak seluruh wilayah cocok untuk digunakan sebagai kawasan pemukiman. Sedangkan letaknya yang berada pada ketinggian 6.802 kaki menjadikan suhu udara di Kawasan Dieng tergolong sejuk hingga dingin, terutama pada malam hari dan pada musim kemarau. Sitorus dkk. (2017) menyebutkan bahwa secara umum temperatur udara di suatu daerah dipengaruhi oleh lama penyinaran, ketinggian daerah, angin, serta iklim cuaca.
Dataran Tinggi Dieng juga ditetapkan sebagai dataran tinggi kedua tertinggi di dunia setelah Tibet dan dataran tinggi terluas di Pulau Jawa. Letaknya yang strategis di antara pegunungan dan gunung- gunung besar di Jawa Tengah, menyebabkan kawasan ini memiliki bentang alam yang beragam. Bentang alam yang terdapat di Kawasan Dieng yaitu pegunungan, danau, telaga, kawah, lahan pertanian, dan permukiman penduduk. Potensi alam, budaya, sejarah, dan kondisi geografis yang khas menjadi daya tarik tersendiri. Daya tarik ini mampu mendatangkan 1.025.930 wisatawan domestik selama tahun 2022 (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara, 2022). Bentuk wilayah yang didominasi oleh pegunungan perlu diperhatikan karena memiliki beberapa permasalahan lingkungan seperti erosi tanah, longsor, dan sedimentasi.
Peta Kelerengan dan Topografi Sumber: Tim Penyusun (2023)
Aspek Geologis
Tinjauan mengenai aspek geologis pada lokasi deliniasi Geopark Dieng ditinjau berdasarkan geomorfologi, stratigrafi, tektonika dan struktur geologi, hidrogeologi, petrografi, dan petrogeokimia. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Banjarnegara dan Pekalongan, Jawa oleh Condon dkk., (1996) yang diolah oleh tim penyusun, kelompok batuan yang terdapat pada deliniasi Kawasan Geopark Dieng di antaranya terbagi kedalam Zaman Tersier dan Zaman Kuarter.Dimulai pada Zaman Tersier pada Umur Milosen awal menuju tengah terdapat Endapan Permukaan dan Batuan Sedimen
berupa Formasi Rambatan (serpih, napal, dan batu pasir gampingan) dan Anggota Sigugur Formasi Rambutan (batugamping terumbu yang mengandung fosil foraminifera besar). Bergeser pada Umur Milosen akhir menuju Pilosen, terdapat Batuan Gunung Api berupa Formasi Halang yaitu batupasir tufan, konglomerat, napal, dan batu lempung.
Pada Umur Pilosen, Endapan Permukaan dan Batuan Sedimen Formasi Kalibiuk yaitu napal dan batulempung, bersisipan tipis tuf pasiran mulai terbentuk. Masih pada Umur Pilosen, terdapat Batuan Terobosan Diorit. Pada Umur peralihan antara Pilosen dan Pleistosen Batuan Gunung Api Anggota Breksi Formasi Ligung (breksi gunung api bersusun andesit, lava andesit horenblenda, dan tuf) dan Anggota Lempung Formasi Ligung (batu lempung tufan, batu pasir silangsiur dan konglomerat; setempat sisa tumbuhan dan batubara muda yang menunjukkan bahwa anggota ini diendapkan di lingkungan bukan laut).
Memasuki Zaman Kuarter, tepatnya pada Umur Pleistosen terdapat Batuan Gunung Api Jembangan yaitu lava andesit dari batuan klastika gunung api. Selanjutnya, pada Umur Holosen awal, terdapat Endapan Permukaan dan Batuan Sedimen Endapan Danau dan Aluvium (pasir, lanau, lumpur, dan lempung) dan Kipas Aluvium (terutama bahan rombakan gunung api) serta terdapat Batuan Gunung Api Dieng (lava andesit dan andesit-kuarsa, serta batuan klastika gunung api). Menuju Umur Holosen akhir terdapat Batuan Gunung Api Sundoro yaitu lava andesit hipersten-augit dan basal olivin-augit, breksi aliran, breksi piroklastika, dan lahar.
Hasil dari kejadian geologi di masa lampau membentuk bentang alam yang menarik dan beragam di Kawasan Geopark Dieng. Terdapat perbukitan kerucut vulkanik seperti, Kerucut Vulkanik Sikunir, Kerucut Vulkanik Pakuwaja dan Komplek Batu Ratapan Angin yang diinterpretasikan dari adanya letusan Gunungapi Dieng. Air Terjun (curug) juga banyak ditemukan di Geopark Dieng. Curug Sikarim dan Curug Sirawe yang merupakan interpretasi dari pembentukan sesar normal pada aliran sungai, temuan tersebut diperkuat dengan banyaknya fracture berundak padasekitar air terjun. Selain bukit dan air tejun, danau dan juga kawah aktif, seperti Telaga Warna, Telaga Pengilon, Telaga Menjer, Telaga Cebong, Telaga Merdada, Telaga Dringo, Telaga Swiwi, Sumur Jalatunda, Kawah Sikadang, Kawah Sileri dan Kawah Candradimuka, menjadi interpretasi aktivitas vulkanisme gunungapi yang terbentuk dari hasil letusan gunungapi di masa lalu. Perbedaannya, apabila danau memperlihatkan morfologi kaldera, kawah aktif memperlihatkan cekungan kawah yang berisi gas solfatar yang cukup menyengat serta semburan air pada kawah yang diakibatkan oleh tekanan gas tinggi (geyser) (Agatra dkk, 2018).
Peta Geologi Sebagian Wilayah Banjarnegara–Wonosobo Sumber: Condon dkk., (1996) Diolah oleh Tim Penyusun (2023)