kelompok tani yang pernah bermitra dalam pemulihan Sub DAS Tulis (8) kelompok Tani Sidomulyo Desa kalidesel

Sidomulyo, Desa Kalidesel
1. Latar Belakang dan Perubahan Nama Kelompok Tani Di Dusun Jawera, tempat di mana Organisasi Masyarakat Sidomulyo berkembang, penduduknya tidak mengandalkan kentang sebagai sumber utama penghidupan mereka. Kemiskinan mendorong mereka untuk bertani jagung, cabe, dan tembakau. Awalnya, kelompok ini dikenal sebagai Megatama, yang didirikan pada tahun 2009. Namun, setelah menerima bantuan dari SCBFWM, mereka mengganti nama menjadi Sidomulyo pada tahun 2010. Suntikan dana sebesar Rp8 juta digunakan sebagai modal untuk simpan pinjam petani, yang sangat membantu mengurangi ketergantungan petani tembakau terhadap tengkulak.
2. Ketergantungan Petani terhadap Tengkulak Mujiyono, seorang pengurus kelompok, menjelaskan bahwa petani tembakau biasanya bergantung pada tengkulak untuk mendapatkan modal. Contohnya, jika petani meminjam Rp60 ribu, mereka harus mengembalikan Rp250 ribu, dan pembayaran biasanya dilakukan dengan menjual hasil panen kepada tengkulak yang menetapkan harga di bawah pasaran. Dengan bantuan modal dari SCBFWM, petani kini dapat menanam tanaman lain di luar tembakau, sehingga tidak lagi terikat dengan tengkulak.
3. Upaya Konservasi dan Sosialisasi Setelah menerima bantuan, kelompok Sidomulyo mulai bergerak dalam upaya konservasi dengan menanami lahan kritis dengan tanaman keras. Proses ini tidak mudah, karena masyarakat awalnya resisten dan khawatir bahwa tanaman keras akan mengganggu hasil panen semusim seperti tembakau. Namun, lambat laun, sikap masyarakat mulai berubah seiring dengan aliran bantuan dari SCBFWM, termasuk penggiling jagung yang membantu meningkatkan efisiensi pertanian.
4. Dukungan dari Fasilitator Lapangan Somairi, sebagai Fasilitator Lapangan, memberikan dukungan yang sangat berharga dalam proses sosialisasi dan implementasi program. Kehadirannya selama pertemuan malam dan kesediaan untuk bermalam di lapangan membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat tanaman keras dan keberlanjutan pertanian.
5. Meningkatnya Jumlah Ternak dan Kebermanfaatan bagi Masyarakat Sebelum proyek SCBFWM, hanya sedikit warga yang memelihara ternak. Sekarang, hampir semua Kepala Keluarga (KK) memiliki sapi, yang mengurangi ketergantungan pada hasil lahan. Keberadaan kelompok ini juga membawa manfaat bagi warga di luar anggota, di mana mereka dapat memperoleh bibit dan meminjam dari Simpan Pinjam dengan bunga yang sama.
6. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Sebelum adanya SCBFWM, masyarakat menanam pohon kayu untuk bahan bakar dan bangunan, tetapi jumlahnya sangat terbatas. Kini, masyarakat lebih sadar akan pentingnya menanam pohon dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya hutan. Penjualan nasi jagung telah mencapai pasar di Batur, dengan promosi yang lebih mengandalkan hubungan kekerabatan, terutama melalui warga yang merantau ke Jakarta.
Kesimpulan
Kelompok Tani Sidomulyo di Desa Kalidesel menunjukkan transformasi yang signifikan melalui dukungan dari proyek SCBFWM. Dengan modal simpan pinjam, peningkatan kesadaran akan pentingnya konservasi, dan keberhasilan dalam peternakan, kelompok ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan anggota, tetapi juga berdampak positif pada masyarakat secara keseluruhan. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa melalui kekompakan dan dukungan yang tepat, masyarakat dapat beradaptasi dan berkembang meskipun dalam keadaan sulit.