Konstelasi terhadap Geologi Geopark di Jawa Tengah

Sumber : Rencana Induk Geopark Dieng

Pulau Jawa apabila dilihat dari tatanan tektonik, diapit oleh dua lempeng aktif yaitu Indo-Australia di bagian selatan dan Eurasia di bagian utara. Secara umum, konstelasi geologi regional Jawa Tengah merupakan penggambaran dari tatanan geologi pada wilayah Geopark Dieng terhadap daerah di sekitar terutama geopark yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Secara fisiografi orogenik, daerah Jawa Tengah dibentuk oleh dua jalur pegunungan utama yaitu Zona Serayu Selatan dan Zona Serayu Utara (Van Bemmelen, 1949). Dalam sejarah geologinya, kedua jalur pegunungan tersebut juga mempunyai peran sabagai cekungan sedimenter.

Zona Serayu Selatan melampar relatif timur-barat dengan bentuk melengkung ke arah utara. Zona ini dibagi menjadi dua yaitu bagian timur dan bagian barat yang dipisahkan oleh dataran rendah Jatilawang pada aliran Sungai Serayu. Kedua bagian Serayu Selatan tersebut memiliki hubungan geometris susun genteng tumpuk kiri (left-stepping en echelon) memberikan kesan adanya sesar geser sinistral regional berarah timur-barat yang mempengaruhi keduanya. Di bagian tengah antara kedua bagian tersebut tersingkap batuan dasar pra-Tersier di daerah Karangsambung (Geopark Karangsambung).

Zona Serayu Utara berkembang lebih sederhana dibandingkan dengan Zona Serayu Selatan di mana hanya terdiri dari satu jalur pegunungan berarah timur-barat dengan geometri melengkung membuka ke arah selatan. Ujung bagian timur dimulai dari jajaran Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro yang dilanjutkan dengan Dataran Tinggi Dieng (kawasan perencanaan) kemudian ujung barat ditandai dengan kehadiran Gunung Slamet.

Gambar 1.3 Fisiografi Orogenik Serayu Sumber: Husein dkk, 2013

Pulau Jawa telah mengalami fase tektonik yang dimulai pada Oligosen hingga Pleistosen (Husein dkk, 2013). Fase pertama dimulai dengan proses segmentasi tektonik pada busur vulkanik pada

Eosen Tengah yang masih berlangsung hingga Oligosen Akhir yag mengakibatkan perkembangan busur vulkanik Serayu Selatan dan peregangan cekungan belakang busur Zona Serayu Utara. Fase kedua yaitu Miosen Awal dimana kondisi pada saat itu cenderung tidak stabil. Fase ketiga terjadi pengurangan aktivitas vulkanik dan tektonik akibat rotasi berlawanan arah dari sundaland sehingga berpengaruh terhadap proses subduksi di sisi selatan Jawa. Fase keempat pada Miosen Akhir terjadi perkembangan busur vulkanik ganda di Jawa Tengah yaitu aktivitas vulkanisme pada Serayu Utara dan reaktivasi busur vulkanik Serayu Selatan.

Pada Fase kelima, yaitu Pliosen terjadi perubahan konfigurasi tektonik regional akibat fase akhir rotasi sundaland dengan ditandai oleh berhentinya aktivitas vulkanisme Serayu Selatan dan berkurangnya aktivitas vulkanisme Serayu Utara diiringi dengan tectonic squence dengan intensitas tinggi berupa perlipatan di kedua zona. Fase Keenam pada Pleiosen terjadi reaktivitas busur vulkanik Serayu Utara yang diikuti serangkaian aktivitas vulkanisme pada lingkungan darat sampai Holosen. Tingginya aktivitas vulkanisme Kuarter di Zona Serayu Utara tersebut menghasilkan volcanic load yang besar dan memicu pengangkatan isostatik Zona Serayu Selatan dan berperan menghasilkan bentukan fisiografi yang tampak saat ini di kedua zona tersebut. Pengangkatan isostatik mengakibatkan adanya singkapan batuan pra-Tersier dan Paleogen di daerah Karangsambung. Kenampakan fisiografi akhir di kedua zona Serayu bisa dilihat dalam keberadaan Geopark Dieng dan Geopark Karangsambung. Geopark Dieng sendiri memiliki proses dan keindahan geologi serta keunikan dimana merupakan Gunung Api Kuarter yang tumbuh di Zona Tumbukan Mikrokontinen Sunda (Sundaland) dan Mikrokontinen Australia yang membentuk Plato menghasilkan telaga, kawah, dan panas bumi.

Sementara Kawasan Geopark Gunung Sewu secara fisiografi Jawa Tengah bagian selatan-timur termasuk ke dalam Zona Pegunungan Selatan (Van Bemmelen, 1949). Zona ini dibagi menjadi tiga subzona yaitu Subzona Baturagung, Subzona Wonosari, dan Subzona Gunung Sewu. Kawasan karst di Geopark Gunungsewu dihasilkan oleh pengangkatan yang dimulai pada Pleiosen Akhir dengan formasi batuan dasar Formasi Wonosari-Punung yang sebagian besar adalah batuan sedimen vulkano klastik berumur Miosen.

Konstelasi Non-Geologi terhadap Kepariwisataan Jawa Tengah

Konstelasi Geopark Dieng pada skala regional tidak terlepas dari posisi kawasan yang berada di pusat Pulau Jawa bahkan titik pusat Pulau Jawa berada di Wonosobo yang sebagian wilayahnya merupakan bagian dari delineasi Kawasan Geopark Dieng. Dari sisi kepariwisataan, pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata nasional (KSPN) super prioritas yaitu KSPN Borobudur dalam kerangka pembangunan lima KSPN super prioritas dalam RPJMN. Sementara dalam Rencana Induk Pariwisata Nasional (RIPPARNAS) keberadaan Borobudur masuk ke dalam Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Borobudur-Yogyakarta dan sekitarnya. Turunan dari DPN tersebut juga memuat Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) Dieng dan sekitarnya. Pengembangan DPN, KSPN, dan KPPN tersebut turut didukung dengan pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) sebagai hub regional dan internasional yang berada di Provinsi DI Yogyakarta. Hal tersebut menunjukkan posisi penting Geopark Dieng dalam hal pengembangan kepariwisataan nasional.

Gambar 1.4 Konstelasi Kawasan Geopark Dieng Sumber: Tim Penyusun (2023)

Dengan adanya pengembangan DPN Borobudur-Yogyakarta dan sekitarnya serta NYIA sebagai hub internasional yang diprioritaskan, tentunya menjadi peluang bagi pengembangan kepariwisataan dari kawasan perencanaan yaitu Geopark Dieng. Sehingga sangat memungkinkan untuk mengembangkan pola perjalanan antar KPPN pada DPN Borobudur-Yogyakarta dan sekitarnya dengan membentuk suatu citra pariwisata yang berbasis pada pencitraaan dan tematik wilayah sebagai sebuah destinasi. Dalam Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Provinsi (RIPPARPROV), Kawasan Borobudur-Dieng dan sekitarnya diarahkan citranya sebagai “Capital of World Heritage”. Konstelasi tersebut tentunya menjadi peluang yang dapat menjadi magnet bagi pengembangan travel pattern dari Geopark Dieng.

Selain itu pada skala regional, Geopark Dieng juga didukung oleh adanya kegiatan perkotaan yang ada di sekitar kawasan seperti Kota Semarang dan Kota Surakarta yang menjadi pusat perekonomian di Provinsi Jawa Tengah serta Kota Yogyakarta sebagai pusat perekonomian di Provinsi DI Yogyakarta. Perkotaan di sekitar kawasan tersebut memiliki peran penting sebagai pendukung kegiatan wisata karena terdapat berbagai macam fasilitas seperti fasilitas akomodasi (hotel, villa, hostel, guesthouse), fasilitas makan dan minum (restoran), serta jasa pariwisata lainnya.

Dari sisi konektivitas, transportasi di Pulau Jawa yang cenderung lebih berkembang pada sisi utara dan selatan. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya stasiun dan bandara serta pengembangan tol yang berada di kota-kota tersebut. Kondisi tersebut tidak lepas dari faktor topografi yang cenderung landai berbeda dengan kawasan perencanaan yang cenderung berbukit sehingga terdapat banyak

batasan dalam pengembangan konektivitas seperti transportasi publik. Walaupun begitu, salah satu keunggulan yang ada yaitu kawasan Geopark Dieng dilalui oleh jalan arteri primer serta kolektor primer sehingga meskipun medannya khas area pegunungan yang berliku dan mengikuti kontur tetapi masih sangat memungkinkan untuk dilalui kendaraan jalur darat. Lokasinya pun masih bisa dijangkau dari pintu tol di utara Jawa Tengah yaitu Pekalongan dan Semarang, serta akan dikembangkan juga gerbang tol di area Borobudur yang sangat dimungkinkan bisa menguntungkan pergerakan ke Dieng.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *