Legenda Kijang Garungan yang Terus Meronta di Bawah Tanah Kawah Sikidang
Kawasan Kawah Sikidang, yang terletak di Dieng, adalah salah satu destinasi wisata yang memukau. Saat pengunjung memasuki kawasan ini, mereka akan disambut oleh beberapa lubang besar yang mengeluarkan asap tipis. Lubang-lubang tersebut merupakan sisa-sisa kawah utama yang ada di masa lalu, sedangkan kawah utama saat ini berada agak jauh dari pintu masuk. Untuk sampai ke kawah utama, pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar satu kilometer melalui jalan yang sedikit menanjak. Di sekitar kawasan ini, terdapat juga beberapa kawah kecil yang diperkirakan akan menggantikan kawah utama di masa depan.
Nama “Sikidang” sendiri berasal dari kata “kidang,” yang berarti kijang. Nama ini mencerminkan sifat kawah utama yang berpindah-pindah, mirip dengan kijang yang senang melompat ke sana kemari. Selain penjelasan tentang nama, terdapat pula sebuah legenda menarik yang menyelimuti kawah ini.
Asal Usul Nama Sikidang dalam Cerita Rakyat
Di masa lalu, di sekitar kawasan Kawah Sikidang, hiduplah seorang gadis cantik bernama Shinta Dewi. Kecantikan Shinta Dewi telah menarik perhatian banyak pemuda, tetapi tak seorang pun berhasil meminangnya. Ini karena Shinta Dewi selalu meminta mas kawin yang sangat besar, yang membuat para pemuda gentar untuk melamar.
Kecantikan Shinta Dewi sampai ke telinga Kidang Garungan, seorang pangeran kaya yang sangat terpesona. Namun, meski kaya, ada sesuatu yang tidak biasa pada diri Pangeran Kidang: ia memiliki tubuh manusia, tetapi kepalanya adalah kepala kijang, yang menjadi alasan namanya.
Pangeran Kidang mengutus pengawalnya untuk melamar Shinta Dewi, menawarkan mas kawin yang melimpah. Tentu saja, tawaran tersebut membuat Shinta Dewi tertarik, dan ia menerima lamaran tersebut dengan harapan bahwa pangeran kaya pasti juga tampan.
Namun, rasa syukur Shinta Dewi berubah menjadi kekecewaan saat ia melihat wujud asli Pangeran Kidang. Dengan wajah bingung dan perasaan terjebak, ia mulai mencari cara untuk membatalkan lamaran tersebut.
Shinta Dewi kemudian meminta Pangeran Kidang untuk membuatkan sebuah sumur besar demi memenuhi kebutuhan air masyarakat sekitar. Ia pun menetapkan syarat bahwa sumur tersebut harus selesai dalam satu hari, dan Pangeran Kidang, yang berjiwa baik, menyanggupi permintaan itu.
Dengan semangat, Pangeran Kidang mulai menggali tanah, menggunakan tangan dan tanduknya. Melihat tekad sang pangeran, Shinta Dewi mulai khawatir jika Pangeran Kidang berhasil menyelesaikan sumurnya. Dalam kepanikan, ia mengajak masyarakat untuk menimbun sumur yang sedang digali Pangeran Kidang ketika ia masih berada di dalamnya.
Karena banyaknya orang yang ikut menimbun, Pangeran Kidang pun terkubur hidup-hidup dalam sumur yang digalinya sendiri. Amarahnya membara, dan itulah yang kemudian membentuk Kawah Sikidang seperti yang kita kenal saat ini.
Pesan dari Legenda
Legenda Kijang Garungan dan Kawah Sikidang bukan hanya sekadar cerita. Ia mengandung pesan moral tentang ketulusan dan konsekuensi dari tindakan. Kecantikan Shinta Dewi dan keserakahan akan kekayaan membawa malapetaka, tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi Pangeran Kidang. Sebuah peringatan bahwa setiap keputusan yang diambil memiliki dampak yang tidak bisa diprediksi.
Hari ini, Kawah Sikidang tidak hanya menjadi tujuan wisata yang menarik, tetapi juga menjadi simbol sejarah dan budaya yang mendalam. Pengunjung yang datang tidak hanya mendapatkan pengalaman alam yang menakjubkan, tetapi juga membawa pulang cerita legendaris yang terukir dalam ingatan masyarakat setempat.
4o mini