Membuat Masterplan Desa, dengan konsep Permakultur
sumber : masterplandesa.com
Webinar Masterplan Desa seri ke-22 kali ini mengusungkan tema “Permakultur, Inovasi Desa dalam Agrowisata” yang dilaksanakan pada Jum’at, 16 Juli 2021 pukul 14.00 – 15.30 WIB melalui aplikasi Zoom Meeting secara daring. Webinar Masterplan Desa ini diselenggarakan oleh HRC Caritra dengan Moderator Ibu Endah Dwi Fardhani S.T. selaku (Ahli Tata Lingkungan).
Dalam materinya yang berjudul “Rintisan Permakultur di Desa Igirmranak”, Bapak Tafrihan selaku narasumber menceritakan proses pengembangan Desa Wisata Igirmranak melalui sistem permakultur. Bapak Tafrihan adalah Pengawas Pokdarwis Dewi Iman Igirmranak, sekaligus Ketua Badan Pengawas Pokdarwis Cebong Sikunir dan Sekretaris Yayasan Diaspora Wonosobo.
Igirmranak, desa wisata yang berlokasi di dekat Gunung Perahu Kabupaten Wonosobo ini menghasilkan beberapa inovasi dan kebijakan guna mendukung kemajuan desa agrowisata. Inovasi pengembangan agrowisata berbasis masyarakat dilakukan melalui Aplikasi ABCD (App-Based Community Development) yang didalamnya memuat 4 unsur yaitu Discovery, Dream, Design, dan Destiny.
Unsur Discovery menggalakkan agar setiap masyarakat mengidentifikasi potensi, isu dan permasalahan yang ada di desanya. Unsur Dream menuntun setiap masyarakat membuat mimpi dan cita-citanya berdasarkan identifikasi tersebut. Unsur Design mengarahkan setiap masyarakat merancang desanya dalam mewujudkan mimpi tersebut. Unsur terakhir yaitu Destiny mengajak agar setiap masyarakat melakukan kegiatan sesuai dengan rancangan yang telah disusun demi mencapai mimpi dan cita-citanya. Masyarakat dari berbagai kalangan difasilitasi dalam Kelompok Masyarakat (Pokmas), sebuah wadah untuk menyatukan pendapat dan pemikiran masyarakat.
Hal yang perlu digarisbawahi dalam Aplikasi ABCD adalah mengenai unsur design. Pembangunan desa perlu didukung adanya masterplan secara visual agar rencana memiliki arahan dan gambaran yang jelas. Masterplan yang dibuat tentunya harus memperhatikan lingkungan, ekonomi, dan sosial agar tetap seimbang satu dengan yang lain. Hal ini agar sesuai dengan konsep permakultur yaitu ilmu desain dan teknik ekologis yang mengembangkan pengolahan lahan, arsitektur berkelanjutan, dan sistem pertanian swadaya berdasarkan ekosistem alam (Hemenway, 2009).
Visi dan misi yang selaras dengan konsep permakultur dituangkan dalam masterplan desa. Visi yang dibawakan oleh Desa Igirmranak adalah “Desa Igirmranak sebagai pusat wisata alam yang lestari, kreatif, dan unggul dalam bidang infrastruktur dan tata kelola pemerintahan.” Visi ini dijadikan arahan utama yang membawahi misi, konsep, serta desain yang akan diusung.
Contoh desain yang sesuai dengan konsep permakultur adalah Zona Sekeco dengan konsep ruang terbuka dan vegetasi yang melimpah guna mendukung kelestarian wilayah. Terdapat juga warung permakultur yang dikhususkan menjual berbagai kebutuhan konsumsi organik pada paket wisata permakultur dalam mewujudkan pertanian ramah lingkungan berdasarkan ekosistem alam.
Selain masterplan dan visi tersebut, Bapak Dani Ardiansyah (Pemerhati Desa) sebagai narasumber ke-2 menambahkan bahwa konsep permakultur merupakan konsep yang tepat bagi Desa Igirmranak. Hal ini didasarkan pada kondisi penduduk, akses, dan sebagainya yang sangat mendukung penerapannya. Hal yang menjadi tantangan pengembangan Desa Igirmranak di masa pandemi kali ini adalah branding, yaitu bagaimana cara desa agar tetap dikenal oleh orang lain meskipun terdapat kendala ke lokasi karena adanya pembatasan aktivitas. Selain itu, apa yang bisa dilakukan pihak desa agar masterplan ini bisa dilaksanakan?
Dalam menjawab tantangan tersebut, Desa Igirmranak berencana memperdalam teknik permakultur dari best practice yang sudah ada, yaitu di Desa Visesa Bali dan Institut Bumi Langit Imogiri Yogyakarta. Selanjutnya dapat dilakukan rembug desa sesuai dengan aplikasi ABCD yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari rembug desa dapat dihasilkan inovasi serta kegiatan seperti edukasi pertanian dan peternakan, wisata alam belajar bertani, dan sebagainya.
Khusus dalam menjawab tantangan dimasa pandemi ini, branding dapat dilakukan dengan cara mendirikan platform daring seperti membuat pembelajaran permakultur secara daring maupun pasar permakultur daring. Dengan demikian diharapkan konsep permakultur dapat menjadi upaya berbasis pelestarian lingkungan dalam memajukan desa agrowisata. (AW&MVM)