Penyusunan Rencana Induk Geopark Dieng Libatkan Pentahelix

Penyusunan Geopark Nasional Dieng yang melibatkan kolaborasi pentahelix (pemerintah, akademisi, komunitas, sektor bisnis, dan media) menunjukkan langkah nyata Wonosobo dan Banjarnegara untuk mengoptimalkan potensi kawasan Dieng melalui pemberdayaan inovatif masyarakat. Menurut Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Wonosobo, Junaedi, FGD kedua mengenai Penyusunan Rencana Induk Geopark Dieng ini bertujuan menyusun visi dan aksi pengembangan bersama yang melibatkan peran aktif Pemerintah Pusat dan Provinsi karena wilayah Dieng meliputi dua kabupaten.

Diskusi ini difasilitasi oleh Kementerian PPN/Bappenas untuk menegaskan komitmen mengembangkan Dieng sebagai geopark dengan dampak luas bagi pariwisata, pertanian, dan ekonomi lokal yang sejalan dengan konservasi lingkungan. Kepala Bappeda Wonosobo, Jaelan, menambahkan bahwa proses ini telah berjalan sejak 2015 dengan tiga pilar utama yaitu konservasi, edukasi, dan ekonomi lokal. Dieng kini memiliki 23 geosite, termasuk 10 di Wonosobo seperti Telaga Menjer, Kompleks Telaga Warna, dan Bukit Sikunir. Tahapan yang tengah dijalankan adalah inventarisasi aksi para pemangku kepentingan dan penyusunan rencana induk.

Jaelan juga menyampaikan harapan agar rencana induk ini segera diajukan sebagai Geopark Nasional pada awal September dan diresmikan menjadi bagian dari Geopark Global UNESCO. Pengakuan ini diharapkan meningkatkan suara Dieng dalam konservasi alam, memperkuat pariwisata berkelanjutan, dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Selama penyusunan rencana induk Geopark Dieng, Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara bekerja sama erat untuk memastikan kelestarian dan pemanfaatan kawasan tersebut secara berkelanjutan. Fokus utama pengembangan Geopark ini adalah pada tiga pilar yaitu konservasi lingkungan, edukasi bagi masyarakat serta pengunjung, dan pengembangan ekonomi lokal yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat tanpa merusak keindahan alam dan warisan geologis yang ada.

Jaelan, Kepala Bappeda Wonosobo, menjelaskan bahwa 23 geosite yang diidentifikasi di Dieng memiliki keunikan geologi dan budaya yang menyatu dalam satu kawasan. Tiga belas geosite berada di wilayah Banjarnegara, sementara 10 lainnya berada di Wonosobo, dengan lokasi-lokasi populer seperti Telaga Menjer dan Bukit Sikunir. Setiap geosite memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata yang unik sekaligus tempat belajar bagi pengunjung tentang pentingnya menjaga lingkungan dan melestarikan budaya lokal.

Jaelan berharap, setelah rencana induk ini diselesaikan, langkah-langkah lebih lanjut dapat diambil untuk memperoleh status Geopark Nasional, yang diharapkan terealisasi pada awal 2024. Pengajuan ini juga akan mencakup berbagai evaluasi di lapangan oleh tim geopark nasional guna memastikan bahwa kawasan Dieng memenuhi standar yang diperlukan. Lebih jauh lagi, jika Geopark Dieng diakui sebagai Geopark Nasional, peluang untuk mengusulkan pengakuan sebagai Geopark Global UNESCO akan semakin terbuka. Dengan pengakuan UNESCO, Dieng diharapkan menjadi sorotan internasional, tidak hanya untuk pariwisata tetapi juga untuk upaya pelestarian lingkungan yang dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya di Indonesia.

Seluruh proses ini adalah bagian dari visi besar untuk menjadikan Dieng sebagai kawasan yang tidak hanya kaya akan keindahan alam, tetapi juga sebagai pusat pendidikan lingkungan dan budaya yang mengedepankan kelestarian alam dan penguatan ekonomi lokal.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *