Perhutanan Sosial untuk Penyelamatan DAS Serayu dan Waduk Mrica

Aktivitas masyarakat hulu dan praktik pertanian yang tidak ramah lingkungan di dataran tinggi Dieng telah berdampak serius pada keberlangsungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu, yang merupakan salah satu sumber air baku bagi masyarakat sekitar. Fenomena ini mendorong berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam pemulihan dan penyelamatan DAS Serayu, yang dibahas dalam Talkshow bertajuk “Sungai Sebagai Halaman Depan” pada Selasa, 9 Agustus 2022, di Pendopo Bupati Wonosobo.

Acara tersebut dihadiri oleh Bupati Wonosobo, H. Afif Nurhidayat, S.Ag, yang memberikan keynote speech. Narasumber lainnya termasuk Imam Prasodjo, Penasehat Senior Menteri LHK, Dra. Jo Kumala Dewi, M.Sc, Direktur Kemitraan Lingkungan Ditjen PSKL, Nurudin Ardiyanto, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Wonosobo, dan Eko Mardiono, Anggota Dewan Riset Daerah Wonosobo dari HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia).

Dalam sambutannya, Bupati Wonosobo menyoroti bahwa salah satu faktor penyebab kritisnya kondisi DAS Serayu adalah budaya masyarakat yang lebih memilih menanam tanaman hortikultura dibandingkan dengan tanaman kayu. Menanggapi hal ini, Dra. Jo Kumala Dewi menjelaskan bahwa upaya pemulihan DAS Serayu bisa dilakukan melalui Program Perhutanan Sosial dengan menerapkan sistem pertanian agroforestry. “Petani tetap bisa memproduksi kentang, tetapi vegetasi dan tanaman tegakan harus terus tumbuh,” ujarnya.

Eko Mardiono menambahkan bahwa banyak pihak yang menyalahkan kentang dan petani atas kondisi ini, padahal yang perlu diperbaiki adalah cara bertani. Ia menjelaskan bahwa saat vegetasi hutan lebih banyak, produktivitas kentang justru meningkat karena tanaman tersebut lebih cocok tumbuh di suhu dingin, sejalan dengan pengelolaan hutan agroforestry.

Selain itu, waduk Mrica, yang juga terletak di DAS Serayu, menghadapi ancaman akibat aktivitas masyarakat di hulu. Analisis menunjukkan bahwa waduk ini dapat berhenti berfungsi dalam waktu lima tahun. Nurudin Ardiyanto, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Wonosobo, menekankan perlunya akses kelola perhutanan sosial melalui kolaborasi multipihak antara masyarakat dan pemerintah.

Imam Prasodjo menekankan bahwa gerakan pemulihan DAS Serayu melibatkan tidak hanya pemerintah, tetapi juga dunia usaha, akademisi, dan yang terpenting adalah masyarakat itu sendiri. “Ini adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya untuk Wonosobo, tetapi juga perlu dukungan dari pihak lain di luar Wonosobo karena bumi ini satu,” tegasnya.

Dengan kolaborasi dan perhatian yang tepat, diharapkan keberlangsungan DAS Serayu dan Waduk Mrica dapat terjaga demi kepentingan masyarakat dan lingkungan.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *