Potensi Geopark sebagai Destinasi Pariwisata

Sumber ; Rencana Induk Geopark Dieng

Kawasan Dataran Tinggi Dieng memiliki kekayaan potensi yang cukup beragam meliputi potensi wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan yang unik dan jumlahnya cukup banyak. Pengembangan kawasan Dataran Tinggi Dieng dapat dimulai dengan pemetaan dan telaah mengenai potensi yang terdapat di kawasan tersebut. Berdasarkan hasil pemetaan dan telaah potensi menunjukkan bahwa kawasan tersebut memiliki sumber daya yang potensial dan strategis untuk mendukung pengembangannya menjadi sebuah destinasi pariwisata. Selaras dengan Agatra dkk (2018) dalam penelitiannya mengkaji potensi Geopark Dieng sebagai salah satu calon Geopark yang layak untuk dikembangkan.

Tabel 1.61 Kategori Daya Tarik Wisata di Kawasan Geopark Dieng

Kategori Daya Tarik WisataJumlah
Wisata Alam57
Wisata Buatan27
Wisata Budaya10
Wisata Minat Khusus7
Total101

Sumber: Dinas Pariwisata Kab. Banjarnegara dan Kab. Wonosobo

Dataran Tinggi Dieng merupakan kawasan vulkanik aktif. Kondisi vulkanisme aktif yang dimiliki mengakibatkan kawasan tersebut memiliki berbagai potensi keanekaragaman geologi (geodiversity) yang mulai dari manifestasi panas bumi seperti fumarole, steaming ground, mata air panas, kenampakan gawir erosi, lembah curam, telaga, curug, dan kawah-kawah gunung api, dan pemandangan dinding Kaldera Dieng. Keberagaman geodiversity Dataran Tinggi Dieng tersebut terbentuk utamanya akibat proses vulkanik yang pernah berlangsung di daerah ini membentuk

beragam morfologi dan sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi geowisata. Proses lain yang membentuk geodiversity Dataran Tinggi Dieng adalah struktur geologi seperti terdapatnya sesar dan tinggian, kemudian terdapat proses fluvial dan aluvial dan tak ketinggalan aktivitas geothermal yang sudah dikembangkan oleh perusahaan berbasis panas bumi.

Gambar 1.89 Geodiversity di Kawasan Geopark Dieng Sumber: Pemkab Banjarnegara dan Wonosobo (2023)

Tidak hanya geodiversity, keberadaan biodiversity Dataran Tinggi Dieng juga potensial untuk dikembangkan. Unsur ini meliputi seluruh fauna dan flora yang ada di kawasan perencanaan pengembangan geopark yang tumbuh dan hidup terbatas di Indonesia. Keberadaan flora endemik seperti carica, purwaceng dan cabai gendol dapat menciptakan sebuah produk lokal yang dapat dikembangkan hingga mencapai mancanegara.

Gambar 1.90 Biodiversity di Kawasan Geopark Dieng Sumber: Pemkab Banjarnegara dan Wonosobo (2023)

Selain biodiversitynya, Kawasan Geopark Dieng juga memiliki beberapa biosite yang menjadikan Geopark Dieng memiliki ciri khas tersendiri. Terdapat enam biosite yang teridentifikasi berada dalam deliniasi Kawasan Geopark Dieng yang ditetapkan sebagai Hutan Lindung, Taman Wisata Alam, Cagar Alam, dan Kawasan Lindung berupa Hutan Kota. Penjelasan lebih lanjur terkait biosite yang ada dalam deliniasi Kawasan Geopark Dieng ialah sebagai berikut.

  1. Telaga Warna

Telaga Warna menjadi Tawam Wisata Alam yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 740/Kpts/Um/11/1978 Tahun 1978. TWA Telaga Warna memiliki

keunikan pada danau air tawar yang permukaannya tampak berwarna-warni dan terdapat kawah yang mengeluarkan belerang yang bila bercampur dengan air telaga akan menimbulkan warna-warni bila terkena sinar matahari (bksdajateng.id).

  • Gambar 1.91 Telaga Warna Sumber: wikipedia.com

Ngesong atau Swiss Van Java termasuk kedalam Hutan Lindung yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.359/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 435/KPTS-II/1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Ngesong atau Swiss Van Java ini memiliki pemandangan yang indah yang dinikmati dari jalan raya yang terletak di sebelah Gunung Bismo. Jalan tersebut merupakan jalan utama Dusun Sirangkel, Desa Mlandi, Kecamatan Garung yang menghubungkan dengan Desa Sembungan (wonosobozone.com).

Gambar 1.92 Swiss Van Java Wonosobo Sumber: Pemerintah Kabupaten Wonosobo (2023)

  • Bukit Kekep (Desa Lengkong)

Bukit Kekep, Desa Lengkong termasuk kedalam kawasan Hutan Lindung yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.359/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 435/KPTS-II/1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Bukit Kekep ini menjadi tempat untuk wisata minat khusus paralayang. Secara lokasi dan keadaan alam, Bukit Kekep ini sangat representatif untuk paralayang dan memiliki keadaan alam yang sangat mendukung (disparbud.wonosobokab.go.id).

  • Telaga Dringo

Gambar 1.93 Paralayang Bukit Kekep (Desa Lengkong) Sumber: Pemerintah Kabupaten Wonosobo (2023)

Telaga Dringo menjadi Cagar Alam yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Penunjukan Menteri Kehutanan Nomor SK.359/Menhut-II/2004 Tahun 2004. Tipe ekosistem yang terdapat pada kawasan Cagar Alam Telaga Dringo merupakan tipe ekosistem hutan hujan tropika Pegunungan Tinggi dan ekosistem telaga air tawar. Sesuai dengan namanya, Cagar Alam Telaga Dringo terdapat telaga yang memiliki fungsi hidrlogois bagi masyarakat di sekitar kawasan (bksdajateng.id).

  • Gunung Prau

Sumber: Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan Tim Penyusun (2023)

Gunung Prau termasuk kedalam Kawasan Hutan Lindung yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.359/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 435/KPTS-II/1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Gunung Prau diklaim memiliki pesone golden sunrise terbaik. Sebagai gunung yang biasa didaki oleh masyarakat, Gunung Prau, terdapat Basecamp Patak Banteng yang memiliki fasilitas seperti penginapan, tempat penyewaan peralatan outdoor, warung makan, dan kamar mandi (jatengprov.go.id).

  • Arboretum Taman Rekreasi Kalianget

Arboretum Taman Rekreasi Kalianget menjadi kawasan lindung yang termasuk kedalam Hutan Kota. Penetapan Hutan Kota tersebut ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati Wonosobo Nomor 522/141 Tahun 2007 tentang Penetapan Hutan Kota Wonosobo. Arboretum Taman Rekreasi Kalianget merupakan wahana wisata edukasi yang berisi ratusan jenis tanaman langka maupun tanaman koleksi, selain itu terdapat perpustakaan, Boulevard Anggrek, Green House Bunga dan Sayuran, dan Pendopo Pertemuan (disparbud.wonosobo.go.id).

  • Gambar 1.96 Arboretum Taman Rekreasi Kalianget Sumber: Pemerintah Kabupaten Wonosobo (2023)

Domba Wonosobo ditetapkan sebagai rumpun ternak lokal oleh Departemen Pertanian berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 2915/Kpts/OT.140/6/2011 tentang Penetapan Rumpun Domba Wonosobo. Domba Wonosobo merupakan hasil persilangan antara domba texel yang didatangkan sejak tahun 1957 dengan domba ekor tipis dan atau domba ekor gemuk dan secara turun temurun dikembangkan masyarakat di wilayah Kabupaten Wonosobo. Dombos memiliki ciri pada bulu berupa wol halus sampai sedang yang menutupi sebagian besar permukaan tubuh, kecuali muka, perut bagian bawah, dan kaki (SK Mentan No. 2915/Kpts/OT.140/6/2011). Untuk lokasi pembibitan Domba Wonosobo berada di Desa Sendangsari, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan jumlah Domba Wonosobo eksisting hingga saat ini kurang lebih sebanyak 2.000 domba.

  • Gambar 1.97 Domba Wonosobo

Sumber: website.wonosobokab.go.id dan pertanian.kulonprogokab.go.id

Domba Batur ditetapkan sebagai rumpun ternak lokal oleh Departemen Pertanian berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 2916/Kpts/OT.140/6/2011 tentang Penetapan Rumpun Domba Batur. Domba Batur merupakan hasil persilangan antara domba merino dengan domba ekor tipis dengan sebaran asli geografis di Kecamatan Batur dan sekitarnya,

yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat sejak tahun 1974 dan menjadi milik masyarakat Kabupaten Banjarnegara. Domba Batur memiliki ciri pada bulu berupa wol halus dan lebat yang hampir menutupi seluruh permukaan tubuh (SK Mentan No. 2916/Kpts/OT.140/6/2011). Pengembangan Domba Batur berada di Desa Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dengan jumlah Domba Batur eksisting hingga saat ini kurang lebih sebanyak 2.000 domba.

Gambar 1.98 Domba Batur

Sumber: distankan.banjarnegarakab.go.id dan jatengprov.go.id

Keragaman budaya Dataran Tinggi Dieng juga sangat kental dengan nuansa adat (cultural diversity) yang menghasilkan berbagai macam produk acara seperti yang dapat dilihat pada Dieng Culture Fest. Selain itu, berikut ini merupakan cultural diversity yang terdapat pada deliniasi Kawasan Geopark Dieng.

  1. Cagar Budaya Kompleks Candi Arjuna

Kompleks Candi Arjuna termasuk kedalam Kawasan Percandian Dieng yang ditetapkan menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 173/M/1998 tentang Penetapan Situs dan Benda Cagar Budaya di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 007/M/2017 tentang Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng Sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional. Kompleks Candi Arjuna merupakan salah satu candi tertua di Jawa Tengah. Menurut sejarah candi ini dibangun pada awal abad ke-9 Masehi. Salah satu penemuan yang menjadi bukti ialah sebuah prasasti dengan aksara jawa kuno sekitar tahun 731 Caka (tahun 809 Masehi) dan menjadi prasasti tertua yang disimpan di Galeri Museum Nasional, Jakarta. Menurut sejarah, Kompleks Candi Arjuna di Kawasan Dieng peratma kali ditemukan oleh seorang tentara Inggris pada tahun 1814. Kompleks Candi Arjuna pertama kali ditemukan dalam keadaan terendam air telaga sehingga bangunan diselamatkan di bawah pimpinan H.C.Cornelius sekitar 40 tahun pasca penemuan. Kemudian dilanjutkan pada masa penjajahan Belanja di bawah pimpinan Van Kinsbergen. Kompleks Candi Arjuna menjadi salah satu candi yang ramai dikunjungi oleh wisatawan karena faktor kemudahan akses lokasi dan areal yang luas dengan rerumputan hijau yang mendukung

Gambar 1.99 Cagar Budaya Kompleks Candi Arjuna Sumber: Pemerintah Kabupaten Banjarnegara (2023)

  • Cagar Budaya Candi Bima

Kompleks Candi Bima termasuk kedalam Kawasan Percandian Dieng yang ditetapkan menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 173/M/1998 tentang Penetapan Situs dan Benda Cagar Budaya di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 007/M/2017 tentang Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng Sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional. Cagar budaya Candi Bima berada di Desa Karangsari, Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Candi Bima ini memiliki ketinggian 8 meter, dengan dasar candi berbentuk bujur sangkar dan penampil yang agak menonjol keluar.

Gambar 1.100 Cagar Budaya Candi Bima Sumber: Pemerintah Kabupaten Banjarnegara (2023)

  • Cagar Budaya Candi Gatotkaca

Kompleks Candi Arjuna termasuk kedalam Kawasan Percandian Dieng yang ditetapkan menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 173/M/1998 tentang Penetapan Situs dan Benda Cagar Budaya di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 007/M/2017 tentang Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng Sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional. Candi Gatotkaca terletak disebelah Barat Kompleks Percandian Arjuna dan di seberang Museum Dieng Kailasa. Nama Gatotkaca sendiri diambil dari tokoh wayang dari cerita Mahabarata. Candi ini diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Ratu Sima.

  • Gambar 1.101 Cagar Budaya Candi Gatotkaca Sumber: tripadvisor.com dan nativeindonesia.com

Situs Ondho Budho ditetapkan menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 007/M/2017 tentang Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng Sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional. Situs ini berada terpisah jauh dari Kompleks Candi Dieng. Menurut analisis para ahli, selain tinggalan anak tangga sebagai jalan masuk lama menuju Kawasan Dataran Tinggi Dieng, di dalam lingkungan situs juga ditemukan gejala pemanfaatan lingkungan sebagai sumber daya alam. Sumber daya alam ini yang kemudian dimanfaatkan batu-batunya sebagai batu penyusun candi yang dibangun di Dataran Tinggi Dieng (Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 007/M/2017 tentang Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng Sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional, 2017).

Gambar 1.102 Situs Ondho Budho

Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id dan indonesiakaya.com

  • Kompleks Rumah Khas Tieng

Kompleks Rumah Khas Tieng di Desa Tieng ditetapkan menjadi Objek yang Diduga Cagar Budaya (ODCB) berdasarkan Kajian Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Wonosobo. Kompleks Rumah Khas Tieng ini memiliki tipologi rumah masyarakat Wonosobo dengan langgam perpaduan budaya lokal, Eropa, dan Tionghoa. Ciri utama terdapat pada fasad bangunan yang dilengkapi 3 pasang pintu kupu tarung lapis pintu koboi dengan atap pelana serta lantai rumah menggunakan tegel batu persegi (Pemerintah Kabupaten Wonosobo, 2023).

Gambar 1.103 Rumah Khas Tieng Sumber: Pemerintah Kabupaten Wonosobo (2023)

  • Rumah Tradisional Bismo

Rumah Tradisional Bismo di Desa Slukatan ditetapkan menjadi Objek yang Diduga Cagar Budaya (ODCB) berdasarkan Kajian Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Wonosobo. Rumah Tradisional Bismo memiliki ciri tipologi rumah masyarakat Wonosobo dengan ciri penggunaan papan kayu di seluruh dinding. Selain itu, model atap bapangan dan bagian bawah rumah ditopang oleh deretan batu kali yang terekspos (Pemerintah Kabupaten Wonosobo, 2023).

  • Gambar 1.104 Rumah Tradisional Bismo Sumber: Pemerintah Kabupaten Wonosobo (2023)

Lesung Menjer di Desa Menjer ditetapkan menjadi Objek yang Diduga Cagar Budaya (ODCB) berdasarkan Kajian Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Wonosobo. Pada masa awal pembangunan bendungan untuk PLTA, Telaga Menjer sempat mengalami pengurasan karena ada kecenderungan kebocoran bagian bawah. Konon pada saat proses pengurasan ini, ditemukan lesung pada dasar Telaga Menjer. Maka kemudian dibuatlah sayembara bagi warga yang bisa mengangkat lesung tersebut. Pemenang sayembara tersebut adalah Mbah Glondong yang berasal dari Desa Menjer sehingga kenapa disebut Telaga Menjer meskipun telaga tersebut terletak di Desa Maron dan Desa Tlogo. Sampai saat ini lesung ini masih ada dan disakralkan oleh masyarakat. Pengunjung atau wisatawan dapat mengunjungi situs ini pada salah satu rumah warga di Desa Menjer.

Gambar 1.105 Lesung Menjer Sumber: Tim Penyusun (2023)

  • Kawasan Permukiman Desa (Belanda)

Kawasan Permukiman Desa (Belanda) di Desa Kebrengan ditetapkan menjadi Objek yang Diduga Cagar Budaya (ODCB) berdasarkan Kajian Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Wonosobo.Kawasan Permukiman Desa (Belanda) ini merupakan kawasan permukiman yang dibentuk pada tahun 1924 dengan pola tapak modern yang diaplikasikan dari pengembangan hunian modern pada awal abad 20. Kawasan permukiman ini memiliki keunggulan dari segi penataan yang rapi meskipun tumbuh secara organik (Pemerintah Kabupaten Wonosobo, 2023).

Gambar 1.106 Kawasan Permukiman Desa (Belanda) Sumber: Pemerintah Kabupaten Wonosobo (2023)

  • Cukur Ruwat Rambut Gimbal

Cukur Ruwat Rambut Gimbal ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Provinsi Jawa Tengah yang ditetapkan dalam Sertifikat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63379/MPK.E/KB/2016 Tahun 2016 dan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Wonosobo dengan Nomor Registrasi 201600359. Cukur Ruwat Rambut Gimbal, merupakan upacara pemotongan rambut pada anak berambul gimbal Dieng. Ruwatan ini diselenggarakan secara massal pada rangkaian acara Dieng Culture Festival (DCF). Pesan moral dari pelaksanaan tradisi ini ialah proses menjaga alam di kawasan pegunungan yang disimbolkan dengan pemotongan rambut gimbal. Hal ini berdasar dengan filosofi dari bentuk kepala manusia sebagai perwujudan dari gunung dan rambut gimbal sebagai perwujudan dari hutan yang ada mengelilingi gunung. Dari hal ini mengandung makna tersirat apabila akan melakukan pemanfaatan  tanah  dan  hutan  untuk  kebutuhan  manusia,  harus  memperhatikan

kelestariannya yang disimbolkan disimbolkan dengan aneka sesaji dan doa (Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Wonosobo, 2023).

Gambar 1.107 Cukur Ruwat Rambut Gimbal Sumber: Pemerintah Kabupaten Banjarnegara (2023)

  1. Tari Topeng Lengger

Tari Topeng Lengger ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Wonosobo dengan Nomor Registrasi 202001136. Dikisahkan penamaan tarian ini berasal dari frasa kalimat ialah “Elingo Ngger, yen kowe bakale mati” (Ingatlah Nak, suatu saat kamu akan mati), yang dituturkan oleh Sunan Kalijaga saat berdakwah menggunakan media kesenian. Sementara sumber lain menyebutkan dari kata ‘Le dan Geger’ yaitu laki-laki yang membuat geger atau kejutan. Hal ini karena para penari tersebut dianggap Perempuan, namun ternyata penari tersebut adalah laki-laki. Syair dalam tembang Tari Topeng Lengger, dipercaya menceritakan kisah-kisah pada masa peralihan dari era klasik menuju era Islam yang salah satunya terdapat pada tembang Sontoloyo yang berarti Penggembala Bebek (Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Wonosobo, 2023).

Selain itu, terdapat pula Destinasi Menarik Lainnya yang ada di kawasan deliniasi Geopark Dieng. Destinasi Menarik Lainnya yang teridentifikasi di antaranya ialah Perkebunan Teh Pagilaran, Perkebunan Kopi Babadan, Power Plant Geodipa di Kabupaten Banjarnegara, Museum Kaliasa, Power Plant Geodipa di Kabupaten Wonosobo, dan Perkebunan Teh Tambi. Keenam destinasi menarik lainnya tersebut tersebar di seluruh kawasan deliniasi Geopark Dieng sehingga menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan deliniasi kawasan geopark.

Gambar 1.109 Destinasi Menarik Lainnya di Kawasan Geopark Dieng

Sumber: wikipedia.com, autorin.com, merdeka.com, banjarnegarakab.go.id, mediaindonesia.com, dan Google Maps (2023)

Karakteristik sumber daya alam geologi gunung api Dataran Tinggi Dieng menjadi sumber daya utama dalam pengembangan geowisata maupun kegiatan wisata lainnya yang berbasis budaya dan keragaman geologi yang ada di Dataran Tinggi Dieng, terutama pada sebaran kawah, dan manifestasi geothermal, serta berbagai telaga dan puncak bukit vulkanik. Unsur yang ada pada Kawasan Dieng dapat menjadi satu kesatuan yang padu dan saling mendukung dalam kegiatan pariwisata yang ada. Sebagai contoh ketika cuaca sedang cerah di puncak Gunung Sindoro, susunan candi di Kawasan Dieng akan sangat terlihat jelas dan menambahkan point of view untuk menikmati keindahan alam sekaligus budaya di Kawasan Dieng. Seiring dengan berkembangnya kepariwisataan yang ada pada kawasan Dieng muncul sebuah keinginan dari para wisatawan untuk dapat menikmati wisata kemilau bumi, yaitu kunjungan ke titik-titik tempat terbitnya matahari. Dua tempat utama yang mejadi incaran para wisatawan kemilau bumi Dieng adalah Kerucut Vulkanik Sikunir dan Gunung Prau (Priatna, 2014). Keindahan alam dan keragaman budaya masa lalu di kawasan Dieng serta tradisi turun temurun di desa-desa Dieng mampu menjadi sumber daya keragaman pariwisata untuk pengembangan Geowisata Dieng.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *