Profil Situs Geopark Telaga Dringo
Sumber : Rencana Induk Geopark Dieng
Telaga Dringo yang terletak di Kabupaten Banjarnegara ini terletak di Kecamatan Batur dengan lokasi situs geosite mencakup Desa Pekasiran. Telaga Dringo terletak pada koordinat -7.186754° LS, 109.847780° BT. Hingga saat ini, Telaga Dringo dikelola oleh masyarakat bersamaan dengan BKSDA Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan Draft Raperda RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun 2023-2043, situs Geopark Telaga Dringo memiliki arahan pemanfaatan ruang sebagai Kawasan Cagar Alam. Selain itu, terdapat pola ruang Hortikultura dan pola ruang Hutan Produksi Terbatas di sekitar situs Geopark Telaga Dringo.
Telaga Dringo

Sumber: Dokumen Pribadi Tim Penyusun (2021)
Dari segi aksesibilitas, akses menuju Telaga Dringo dapat diakses melalui Jalan Kolektor Primer (Jalan Arjuna Barat) dengan lebar lima sampai enam meter lalu menuju Jalan Lokal Primer (Jalan Pekasiran– Batas Kab. Batang). Jalan utama tersebut memiliki kondisi baik dengan perkerasan aspal. Sementara itu, perkerasan jalan menuju geosite berupa tanah di bagian area parkir dan jalan menuju ke area Telaga Dringo menggunakan tangga. Telaga Dringo dapat dilalui oleh roda empat maupun roda dua. Namun, belum terdapat rute angkutan umum yang melewati situs geopark ini. Simpul transportasi dari pusat kabupaten dan dari pintu masuk kabupaten dapat dilihat sebagai berikut.
Simpul Transportasi Menuju Situs Geopark Telaga Dringo
Simpul Transportasi | Jarak |
Pusat Kabupaten Banjarnegara | 44 km |
Pusat Kecamatan Batur | 10,8 km |
Bandara Jendral Soedirman, Purbalingga | 79,6 km |
Bandara Adi Soecipto, Yogyakarta | 124 km |
Bandara, Ahmad Yani, Semarang | 90,9 km |
Bandara YIA, Kulon Progo | 112 km |
Stasiun Besar Purwoketo | 103 km |
Stasiun Tugu, Yogyakarta | 119 km |
Stasiun Semarang Tawang, Semarang | 92,1 km |
Terminal Induk Banjarnegara | 40,3 km |
Terminal Mendolo Wonosobo | 35,8 km |
Sumber: Tim Penyusun (2023)

ltw1 Kondisi Jalan Utama dan Jalan Menuju Geosite Telaga Dringo Sumber: Hasil Survei Pemerintah Kabupaten Banjarnegara (2023)
Telaga Dringo atau disebut juga Sidringo atau Sidlingo adalah sebuah telaga yang berada di ketinggian 2.202 Mdpl. Nama telaga ini diambil dari nama tanaman obat yang kerap tumbuh di kawasan telaga bernama Dlingo. Telaga ini sejatinya adalah hasil dari bekas letusan Gunung Dringo. Pada pagi hari, wisatawan dapat menikmati sunrise dari Kawasan Telaga Dringo. Pada malam hari,
wisatawan dapat berkemah di kawasan tapak kemah yang cukup luas. Kawasan Telaga Dringo merupakan bagian dari Cagar Alam Telaga Dringo milik perhutani. Selain itu terdapat makanan atau kuliner yang menjadi khas di sekitar Telaga Dringo yaitu Carica, Kentang, Klatak, dan Kacang Dieng.
Atraksi Telaga Dringo

Sumber: Pemerintah Kabupaten Banjarnegara (2023) dan Dokumentasi Pribadi Tim Penyusun (2021)
Untuk biodiversity yang terdapat di Telaga Dringo ialah Bunga edelweis, Bunga Pancawarna, Tanaman Dringo (ilalang), Bunga Kalili, dan Babi Hutan. Dari sisi perekonomian, pekerjaan masyarakat yang ada di sekitar Telaga Dringo ialah bekerja sebagai petani dan pedagang. Masyarakat juga dapat memanfaatkan daerah sekitar Telaga Dringo untuk pengembangan pariwisata serta daerah sekitar Telaga Dringo dapat menjadi pertanian sayur dan kentang.

(a) Bunga Kalalili (b) Bunga Dringo

(c) Bunga Edelweis (d) Bunga Pancawarna
Biodiversity Di Telaga Dringo
Sumber: Hasil Survei Pemerintah Kabupaten Banjarnegara (2023)
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di Telaga Dringo di antaranya terdapat area parkir, pos karcis, camping ground, toilet, musholla, warung makan, dan basecamp. Terdapat pula fasilitas umum lainnya yang berada di sekitar Telaga Dringo di antaranya ialah tempat perbelanjaan berskala lokal berupa warung, dan fasilitas peribadatan berupa musholla yang berada di dekat rumah warga serta masjid yang berada di dekat permukiman Desa Pekasiran. Untuk infrastruktur pendukung yang terdapat di Telaga Dringo yaitu air bersih menggunakan sumber air dari gunung untuk kebutuhan air di toilet, lalu untuk infrastruktur telekomunikasi hanya tersedia di Desa Pekasiran dengan beberapa provider saja yang terlayani, dan terkait persampahan sudah terdapat tempat sampah di
setiap sudut lokasi geosite dengan pengelolaan dilakukan dengan cara dibakar. Sementara itu, terkait data kunjungan wisatawan di Telaga Dringo tidak terdokumentasi dikarenakan Telaga Dringo dikelola oleh masyarakat sehingga tidak memiliki rekaman data kunjungan wisata.

(a) Fasilitas Musholla (b) Fasilitas Toilet

(c) Fasilitas Basecamp Dringo (d) Fasilitas Pos Karcis
Kondisi Fasilitas Di Telaga Dringo Sumber: Hasil Survei Pemerintah Kabupaten Banjarnegara (2023)

(a) Amenitas Penginapan (b) Amenitas Perbelanjaan (c) Amenitas Masjid
Kondisi Amenitas Di Sekitar Telaga Dringo Sumber: Hasil Survei Pemerintah Kabupaten Banjarnegara (2023)

(a) Infrastruktur Persampahan (b) Infrastruktur Air Bersih
Kondisi Infrastruktur Lainnya Telaga Dringo Sumber: Hasil Survei Pemerintah Kabupaten Banjarnegara (2023)
Berdasarkan data kepariwisataan, pada tahun 2023 per bulan Januari terdapat 1.399 kunjungan wisatawan ke Telaga Dringo. Selama tiga tahun terakhir jumlah kunjungan tertinggi terjadi pada
tahun 2022 yaitu sebanyak 21.947 kunjungan. Angka kunjungan tersebut menunjukan kenaikan angka kunjungan sejak tahun 2021 dengan angka 16.035 kunjungan. Hal tersebut menunjukan bahwa Telaga Dringo tetap menunjukan tren positif dengan kenaikan angka kunjungan selama pandemi Covid-19.
Berdasarkan sumber kajian geologi, sejarah terbentuknya batuan ini adalah produk dari pembentukan Telaga Dringo berupa lava andesit, endapan piroklastik, dan breksi vulkanik dengan komponen berupa batuan beku andesit dan matriks berupa tuf. Telaga Dringo ini diinterpretasikan terbentuk akibat depresi vulkanik oleh letusan gunung api secara eksplosif. Akibat letusan tersebut, kepundan–kepundan vulkanik akan mengalami runtuhan sehingga membentuk suatu morfologi cekungan. Morfologi cekungan gunung api tersebut kemudian terisi dengan sejumlah massa air yang menutupi permukaannya sehingga membentuk telaga (danau). Air telaga berasal dari curah hujan yang tertampung pada lubang kepundan atau kalderanya. Terdapat riwayat dan risiko bencana yang ada di Telaga Dringo yaitu bencana kebakaran hutan pada musim kemarau dan bencana tanah longsor pada musim hujan.

(a) Batuan Singkapan (b) Batuan Vulkanik
Kondisi Batuan Singkapan dan Batuan Vulkanik Telaga Dringo Sumber: Hasil Survei Pemerintah Kabupaten Banjarnegara (2023)