SEJARAH GUNUNG DIENG DALAM CERITA PEWAYANGAN
Nama “Dieng” berasal dari dua kata dalam bahasa Sanskerta, yaitu “Di” yang berarti tempat dan “Hyang” yang merujuk pada dewa atau kekuatan ilahi. Dieng secara harfiah berarti “tempat para dewa.” Berdasarkan tradisi Hindu, kawasan pegunungan Dieng dianggap sebagai tempat pemujaan para dewa utama, terutama Bathara Guru, yang dalam agama Hindu Jawa dipandang sebagai manifestasi Dewa Siwa.
Dianggap sebagai “Kailasa” dari Jawa, Dieng adalah wilayah suci yang dipenuhi dengan berbagai situs peninggalan Hindu, baik dalam bentuk candi maupun petirtaan. Di kompleks candi Dieng, terdapat candi-candi yang dinamai sesuai tokoh-tokoh dalam kisah Mahabharata dan Ramayana, seperti:
- Candi Arjuna, Candi Bima, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembadra, Candi Dwarawati, Candi Setyaki, Candi Gatotkaca, Candi Nakula, dan Candi Sadewa.
Selain candi, Dieng juga memiliki beberapa situs suci lain yang erat kaitannya dengan kisah pewayangan dan dunia spiritual Jawa, antara lain:
- Petirtaan Suci Bima Lukar, yang dipercaya sebagai tempat penyucian diri.
- Situs Watu Kelir (Siti Hinggil), yang dianggap sebagai tempat ritual.
- Pertapaan Mandala Sari (Goa Semar), tempat meditasi dan pertapaan.
- Air Suci Goa Sumur (Tirta Prawitasari), sebuah sumber air yang dianggap memiliki kekuatan spiritual.
- Saluran Tirta Amarta (Jaladwara), sebuah saluran air yang dipercayai membawa air suci.
Dalam mitologi pewayangan, beberapa tempat di Dieng juga dikaitkan dengan kisah-kisah besar Mahabharata dan Ramayana:
- Batu Semar, yang menjadi simbol kebijaksanaan, dipercaya sebagai tempat peradaban dan kebijaksanaan tinggi.
- Telaga Merdada, yang sering diasosiasikan dengan Cupu Manik Astagina, pusaka sakti dalam kisah pewayangan.
- Sapta Pratala Para Dewa (Jalatunda), sebuah situs suci yang dipercaya sebagai tempat para dewa berkumpul.
- Goa Alam Petruk dan Gangsiran Aswatama, yang dikaitkan dengan tokoh-tokoh pewayangan seperti Petruk dan Aswatama.
- Petirtaan Alam Balai Kambang dan Gunung Pakuwaja, yang disebut-sebut sebagai tempat senjata para dewa tersimpan.
- Gunung Sipandu (Pandu Dewanata), dipercaya sebagai tempat pertapaan Pandu Dewanata, ayah dari para Pandawa.
- Pertapaan Gajah Mungkur, di mana para begawan (pertapa) bertapa.
- Nagasari, yang diyakini sebagai tempat istri Naga Madrim, tokoh penting dalam kisah pewayangan.
- Mushola Dieng (Kali Jaga), dianggap sebagai tempat suci yang berkaitan dengan Sunan Kalijaga.
Negara Pertapaan seperti Petarangan dan Pager Kandang dianggap sebagai wilayah tempat para pertapa tinggal, sementara Desa Selo Penangkep (Watu Tumpang) memiliki kisah yang erat dengan mistisisme dan dunia pewayangan.
Di sisi lain, terdapat Pertapaan Hanoman (Sirawe dan Kendali Sodho) yang dikaitkan dengan kisah pengabdian Hanoman kepada Ramayana. Pangonan dianggap sebagai tempat pengembaraan para ksatria, sementara Desa Parikesit adalah tempat di mana keturunan Pandawa, Parikesit, bermukim.
Beberapa lokasi lain, seperti Ondo Budho dan Pringondani, juga terhubung dengan dunia spiritual, serta pertapaan Begawan Supolo di Johar yang memiliki nilai mistik tersendiri dalam tradisi pewayangan.
Dieng tidak hanya sekedar kawasan pegunungan, namun juga sebuah pusat spiritual yang menghubungkan sejarah, mitologi, dan dunia spiritual Jawa. Melalui kisah pewayangan, Dieng menjadi saksi perjalanan spiritual dan pengorbanan para ksatria dan dewa dalam menjaga keseimbangan alam dan dunia manusia.
4o