TRADISI KERAMAHAN WARGA PEGUNUNGAN DIENG DALAM MENYAMBUT TAMU
Tradisi Menyambut Tamu (Mongen) @Travel.kompas.com
Selain dengan kondisi alamnya yang khas, Kawasan Dataran Tinggi Dieng dapat dikatakan menarik secara budaya. Masyarakat di Kawasan Dataran Tinggi Dieng masih memegang teguh adat istiadat yang kental dengan nuansa Jawa. Salah satu yang menjadi ciri khas dari masyarakat Dieng ialah menjamu tamu di depan tungku api di dapur. Hawa dingin membuat masyarakat Dieng terbiasa menghangatkan diri di depan tungku api sehingga membuat kaki masyarakat Dieng memiliki ciri khas yang disebut Mongen. Mongen merupakan kulit kaki membekas menjadi kehitaman yang diakibatkan terlalu sering terkena panas. Karena itu pula, kebiasaan masyarakat Dieng untuk berdiam diri di depan pawon atau tungku api disebut dengan istilah Mongen. Dengan Mongen tersebut, maka masyarakat Dieng tetap melestarikan tungku api dan menjadi wadah dalam bersosialisasi baik antara masyarakat sekitar maupun dengan wisatawan yang berkunjung.
Apart from its unique natural conditions, the Dieng Plateau Area can be considered culturally intriguing. The people of the Dieng Plateau Area still hold firmly to customs that are rich with Javanese nuances. One characteristic of the Dieng community is welcoming guests in front of the fire stove in the kitchen. The cold weather makes the Dieng people accustomed to warming themselves in front of the fire stove, resulting in a distinctive feature known as “Mongen.” Mongen refers to the blackened marks on the skin of the feet caused by frequent exposure to heat. Consequently, the habit of Dieng people sitting in front of the pawon or fire stove is called Mongen. Through this practice, the Dieng community continues to preserve the fire stove, which serves as a socializing space for both locals and visiting tourists.